Galang Dana TKI Untuk Bantu Pasien BP JS Dari Keluarga Miskin

Written By Unknown on Sabtu, 17 Januari 2015 | 12.42

SURYA.co.id | KEDIRI - Sebagian pasien BPJS kelabakan. Mereka harus membayar karena rumah sakit memasukkan sebagai pasien umum.

Beruntung ada dana kepedulian dari Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang meringankan.

ARIF Witanto agak tergesa-gesa menuju RSUD Kediri. Ia perlu secepatnya menyerahkan uang perawatan pasien.

"Nilainya tidak besar Mas, cuma Rp 500.000. Tapi ini sangat berarti buat mereka," jelas Arif Witanto saat bersapa dengan Surya, Selasa (13/1/2015) lalu.

Witanto menyebut pasien yang hendak dijenguknya dengan sebutan "Mereka".

Sebuah kata yang menggambarkan, pasien itu bukanlah anak atau keluarga Witanto. Jumlah juga lebih dari satu orang.

"Mereka itu pasien-pasien BPJS yang butuh pendampingan Mas," jelasnya.

Witanto tidak hafal satu persatu nama pasien BPJS yang telah didampingi bersama teman-temannya, yang tergabung dalam Dewan Kesehatan Rakyat (DKR) Kediri.

Seingat Witanto, jumlah sudah lebih dari 1.00 orang. Mereka tersebar di daerah eks Karisedan Kediri, seperti Blitar, Tulungagung, dan Trenggalek.

Witanto lalu menceritakan perihal Rp 500.000 yang dikantonginya siang itu. Uang itu akan diberikannya pada keluarga pasien sakit tumor.

Pasien ini berasal dari keluarga miskin (gakin) yang mestinya mendapatkan layanan gratis.

Dulu pasien ini masuk daftar peserta Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas), sebuah program jaminan kesehatan yang dibiayai penuh oleh negara.

Terhitung sejak berlakunya BPJS, 1 Januari 2014, Jamkesmas dihapus. Pesertanya dialihkan pada lembaga baru ini.

Sayang banyak nama warga miskin di Jamkesmas tercecer dari daftar. Mereka tidak ikut kebagian kartu BPJS.

Padahal hanya dengan kartu inilah, gakin bisa mendapat perawatan gratis, termasuk rawat inap di kelas III.

Para gakin ini umumnya tidak tahu namanya tercecer. Mereka baru tahu justru setelah sakit dan butuh perawatan di RS.

"Mereka baru mendaftar dan mengurus kartu ya setelah masuk RS. Celakanya kartu BPJS itu baru aktif tujuh hari setelah diterbitkan. Jadi tidak bisa dipakai," kata Witanto.

Lantaran masa aktif kartu menunggu tujuh hari, pasien yang tetap membutuhkan perawatan harus daftar di RS sebagai pasien umum.

Tentu saja ada tarif yang harus dibayar. Mulai tarif kamar, biaya obat, dan berbagai layanan lainnya.

Bagi yang ingin gratis dengan BPJS, ya harus dibawa pulang dulu, dan nanti setelah masa kartu aktif baru kembali ke RS untuk daftar.

"Namanya orang sakit, sekalipun miskin, ya pasti memilih tetap di rumah sakit, meskipun mereka tidak tahu harus cari uang dari mana," ujarnya.

Nah, orang-orang susah inilah yang menjadi teman Witanto dan kawan-kawannya di DKR.

Meski kerap menyumbang, Witanto tidak mau disebut sebagai dermawan.

"Itu bukan uang saya. Itu uang bantuan masyarakat. Sebagian besar sumbangan para TKI. Sekalipun mereka masih di luar negeri, mereka sangat peduli. Saya sampe brebes mili (air mata mengalir)," pujinya.

Witanto biasanya menggugah kepedulian para TKI itu melalui media sosial. Utamanya Facebook dan BlackBerry massenger (BBM).

Ia unggah kondisi pasien-pasien yang membutuhkan bantuan. Respon mereka sangat bagus. Mereka dengan suka rela mengirim uang ke rekening saya.

"Biasanya saya tahu ada kiriman, setelah teman-teman TKI memberi tahu lewat BBM atau SMS. Mereka biasanya bilang, semoga bisa meringankan beban pasien," katanya.

Untuk pertanggungjawaban sumbangan, Witanto rajin menyampaikan laporan ke para penyumbang secara online.

"Saya biasa inbox ke penyumbang, berapa uang yang terkumpul. Lalu digunakan untuk menyumbang siapa saja. Kami tidak mau ada salah sangka," katanya.

Bantuan tidak selalu berupa uang. Witanto dan DKR kerap membantu pasien atau keluarga untuk mencari dan bertemu langsung dengan para penyandang dana.

 "Jadi kami antar mereka untuk berkomunikasi langsung mencari dana," tambahnya.

Tidak sedikit pula bantuan diberikan dalam bentuk mendampingi mereka bertemu dengan pihak-pihak tertentu untuk meminta dispensasi biaya.

Misalnya bertemu direktur RSUD, dinas kesehatan, pihak BPJS, dan sebagainya.

Keluarga Sri Hartiyah termasuk yang menerima bantuan pendampingan meminta dispensasi dan kebijaksanaan khusus di RSUD Dr Iskak, Desember lalu.

Perempuan 60 tahun itu sudah memiliki kartu BPJS. Tapi harus menjadi pasien umum karena masa aktif kartu harus menunggu tujuh hari.

Perempuan dengan sakit stroke ini akhirnya sembuh, tapi masih harus menanggung utang Rp 5.1 juta pada rumah sakit. (day)

Baca selengkapnya di Harian Surya edisi besok
LIKE Facebook Surya - http://facebook.com/SURYAonline
FOLLOW Twitter Surya - http://twitter.com/portalSURYA


Anda sedang membaca artikel tentang

Galang Dana TKI Untuk Bantu Pasien BP JS Dari Keluarga Miskin

Dengan url

http://cahayapost.blogspot.com/2015/01/galang-dana-tki-untuk-bantu-pasien-bp.html

Anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya

Galang Dana TKI Untuk Bantu Pasien BP JS Dari Keluarga Miskin

namun jangan lupa untuk meletakkan link

Galang Dana TKI Untuk Bantu Pasien BP JS Dari Keluarga Miskin

sebagai sumbernya

0 komentar:

Posting Komentar

techieblogger.com Techie Blogger Techie Blogger