Pengalaman Buruk Saat Banjir Tak Buat Tyas Sekeluarga Kapok

Written By Unknown on Jumat, 19 Desember 2014 | 12.42

SURYA Online, MALANG - Suatu malam di tahun 1992, saat Sri Sudarmaningtyas (48), warga Dusun Rowo Terate, Desa Sitiarjo, mengandung anak kedua, air bah menerjang dusun tersebut.

Kala itu, usia kandungan Tyas sudah sangat tua. Diperkirakan tujuh hari yang akan datang bayi di dalam kandungannya akan segera keluar.

Karena hujan semakin kerap turun, Tyas dan suami memutuskan untuk segera mengungsi ke rumah kerabatnya yang topografinya lebih tinggi.

"Desanya ya tetap di desa Sitiarjo situ. Cuma lokasinya lebih tinggi dari Rowo Terate," kata Tyas.

Prediksinya benar. Hari-hari menjelang kelahiran anak kedua, banjir memang melanda dusun tersebut hingga setinggi dua meter.

Akibatnya, jalan setapak yang menghubungkan dusun dengan Desa Sitiarjo terputus total karena tertutup longsor dari tebing yang dikikis banjir.

Akses ini pun terputus total dan menyebabkan kendaraan apapun tak bisa melintas sama sekali.

"Kalau misalnya waktu itu tidak mengungsi, saya mungkin gagal melahirkan karena tidak ada kendaraan yang bisa membawa saya ke puskesmas di Sitiarjo," kenangnya.

Pengalaman tak kalah menarik adalah saat banjir melanda pada 2013.

Saat itu, Tyas bersama cucunya yang saat itu masih berumur dua tahun, harus begadang semalaman penuh karena hujan yang membasahi dusun semakin deras.

Mereka khawatir tertidur sehingga saat air mulai memasuki rumah, mereka terlambat menyelamatkan diri dan barang-barang.

Saat akhirnya air benar-benar menerobos ke dalam rumah, bersama suami dan cucunya, Tyas naik ke atas plenggrongan.

Nahas, karena penerangan listrik ikut padam, mereka tak sengaja menumpahkan pasokan makanan dan susu untuk cucu ke air yang merendam rumah.
"Cucu saya nangis semalaman saking kelaparan," lanjut dia.

Pengalaman-pengalaman buruk itu tak membuat Tyas dan warga dusun lainnya kapok.

Pernah suatu kali oleh Bupati Malang, mereka disarankan untuk melakukan bedol desa alias eksodus ke daerah lain yang lebih aman.

Namun mereka menolak tawaran tersebut karena tak ingin kehilangan tanah yang telah diwariskan secara turun menurun dari para leluhurnya.

"Kami lebih memilih untuk bertahan di sini meski banjir. Karena memang di sinilah harusnya kami tinggal dan di dusun ini juga kami mengusahakan pertanian kami," pungkasnya. (ben)

Baca selengkapnya di Harian Surya edisi besok
LIKE Facebook Surya - http://facebook.com/SURYAonline
FOLLOW Twitter Surya - http://twitter.com/portalSURYA


Anda sedang membaca artikel tentang

Pengalaman Buruk Saat Banjir Tak Buat Tyas Sekeluarga Kapok

Dengan url

http://cahayapost.blogspot.com/2014/12/pengalaman-buruk-saat-banjir-tak-buat.html

Anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya

Pengalaman Buruk Saat Banjir Tak Buat Tyas Sekeluarga Kapok

namun jangan lupa untuk meletakkan link

Pengalaman Buruk Saat Banjir Tak Buat Tyas Sekeluarga Kapok

sebagai sumbernya

0 komentar:

Posting Komentar

techieblogger.com Techie Blogger Techie Blogger