SURYA Online, SURABAYA - Hampir 95 persen bahan baku obat (BBO) industri farmasi Indonesia masih harus diimpor.
Salah satu bahan yang diimpor adalah garam farmasi.
Kebutuhan garam tersebut masih dimpor dari Jerman, China, Australia, Selandia Baru dan India.
Data Dirjen Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan Republik Indonesia menunjukkan, impor garam farmasetis tahun 2013 sebesar 3.152 ton, untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.
Sedangkan kenaikan volume impor garam farmasetis pada rentang tahun 2011 - 2012 dan 2012 - 2013 masing-masing adalah 25 persen dan 35 persen.
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) telah berhasil mengembangkan teknologi produksi garam farmasetis hingga pada skala pilot.
Produk hasil kajian tersebut telah lulus pengujian produk sebagai NaCl derajat farmasi dari berbagai laboratorium, diantaranya pengujian dari lembaga perguruan tinggi, PT. Sucofindo maupun industri pengguna seperti PT. Otsuka dan PT. Biofarma.
PT. Kimia Farma (Persero) Tbk sebagai salah satu perusahaan farmasi terbesar di Indonesia, berkeinginan untuk mendirikan pabrik garam farmasi yang teknologinya telah dikembangkan BPPT.
Sebagai langkah awal untuk pendirian pabrik tersebut telah dilakukan pembuatan kajian studi kelayakan pada kapasitas yang diinginkan.
Pabrik ini akan dibangun di fasilitas produksi PT Kimia Farma (Persero) Tbk di Watudakon, Jombang, Jawa Timur.
Dengan total investasi sekitar Rp 28,8 miliar, ditargetkan pertengahan tahun 2015, pabrik ini sudah bisa memproduksi garam farmasi dengan kapasitas 2.000 ton per tahun.
Anda sedang membaca artikel tentang
Penuhi Kebutuhan Garam Farmasi, Kimia Farma Dirikan Pabrik di Jombang
Dengan url
http://cahayapost.blogspot.com/2014/08/penuhi-kebutuhan-garam-farmasi-kimia.html
Anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya
Penuhi Kebutuhan Garam Farmasi, Kimia Farma Dirikan Pabrik di Jombang
namun jangan lupa untuk meletakkan link
Penuhi Kebutuhan Garam Farmasi, Kimia Farma Dirikan Pabrik di Jombang
sebagai sumbernya
0 komentar:
Posting Komentar