Jelang Penerapan Tarif Baru Bromo, Wisatawan Menurun

Written By Unknown on Kamis, 24 April 2014 | 12.42

SURYA Online, MALANG – Belum habis dampak menurunnya kunjungan wisatawan akibat letusan Gunung Kelud, para pebisnis hotel di Kota Malang kini harus siap menanggung rugi akibat naiknya biaya kunjungan ke Gunung Bromo, dan naiknya tarif dasar listrik mulai 1 Mei mendatang.

Pada tarif baru ini wisatawan lokal tidak lagi dipungut Rp 10.000 pada hari biasa, namun menjadi Rp 37.500. Sementara untuk wisatawan mancanegara tarifnya Rp 267.500 per orang dari sebelumnya Rp 72.500.

Pada hari libur nasional tarif masuk yang berlaku berbeda. Bagi wisatawan lokal dari Rp 10.000 per orang menjadi Rp 67.500, sementara wisatawan mancanegara dari Rp 72.500 per orang menjadi Rp 640.000.

Menurut Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kota Malang, Herman Sumaryono, kenaikan ini sangat berpengaruh pada keberadaan industri hotel. Ia juga yakin tingkat okupansi hotel akan turun drastis mulai awal bulan mendatang.

Kendati begitu, dia menolak untuk menyebut berapa angka pasti besarnya penurunan ini.

"Ini jelas sangat memberatkan kami apalagi saat itu juga tarif dasar listrik juga naik," kata Herman saat dihubungi SURYA, Kamis (24/04/2014) siang.

Selain persoalan kenaikan ini, kata Herman para pengusaha industri wisata dan hotel juga dihadapkan pada kenaikan tarif baru listrik pada 1 Mei mendatang. Saat itu pemerintah akan memberlakukan kenaikan tarif dengan besaran 8,6 persen untuk golongan I3 dan 13,3 persen untuk I4.

Kenaikan ini juga akan terjadi empat kali dalam setahun. Setelah 1 Mei, kenaikan tarif berikutnya adalah 1 Juli, 1 September, dan 1 November 2014.  Secara total pada 2014, tarif I3 Tbk akan naik 38,9 persen dan I4 naik 64,7 persen.

"Kenaikan ini membuat berpengaruh ke berbagai sektor, dan akan menaikkan beberapa bahan pokok masyarakat," katanya.

Herman menjelaskan industri hotel di Kota Malang sudah lesu sejak awal Februari lalu. Kala itu rata-rata tingkat hunian hotel hanya mencapai 50 persen saja. Jumlah ini jauh lebih kecil dibanding setahun sebelumnya yang mencapai 60-70 persen.

Kondisi ini semakin diperparah dengan saat letusan Gunung Kelud yang membuat banyak wisatawan membatalkan kunjungannya di Kota Malang. Dampak ini, kata Herman masih terasa hingga kini karena minimnya tindakan pemerintah untuk membangkitkan geliat wisata di Malang.

"Saat ini tingkat okupansi 50 persen pada hari biasa jarang terjadi. Tapi, ini berbeda dengan hari libur panjang seperti yang kemarin," kata Herman pada SURYA, Rabu (23/04/2014) siang.

"Saat liburan panjang tamu hotel banyak dan okupansi hotel pasti tinggi, namun ini tidak bisa jadi parameter per bulannya," lanjutnya.

Untuk sementara ini, lanjut Herman PHRI Kota Malang masih menunggu keputusan dari pemerintah pusat dan Kota Malang berikutnya untuk memperjuangkan kelangsungan industri pariwisata. Ia juga menyebut seluruh pengusaha di Indonesia juga menolak penerapan dua tarif baru ini, namun belum menghasilkan keputusan apapun.

Kini, PHRI mencoba membuat promo-promo untuk mendongkrak kedatangan para tamu. Tapi, ini tak bisa dilakukan untuk jangka waktu yang panjang karena membuat industri hotel dan restoran merugi.

"Sebaiknya memang ditunda, tapi jika tak bisa kami harus menaikkan tarif tersebut dengan berbagai konsekuensinya," katanya.


Anda sedang membaca artikel tentang

Jelang Penerapan Tarif Baru Bromo, Wisatawan Menurun

Dengan url

http://cahayapost.blogspot.com/2014/04/jelang-penerapan-tarif-baru-bromo.html

Anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya

Jelang Penerapan Tarif Baru Bromo, Wisatawan Menurun

namun jangan lupa untuk meletakkan link

Jelang Penerapan Tarif Baru Bromo, Wisatawan Menurun

sebagai sumbernya

0 komentar:

Posting Komentar

techieblogger.com Techie Blogger Techie Blogger