Sensasi Saat Memegang Buku Tak Diperoleh Dari e-Book

Written By Unknown on Senin, 13 Oktober 2014 | 12.43

SURYA Online, SURABAYA - Sebagai perpustakaan partikelir, C2O masih mencari pemasukan dari buku-buku yang disewakan.

Namun Anitha menegaskan, uang itu bukan untuk tujuan profit.  Uang sebatas untuk menjaga kerlangsungan perpustakaan.

Untuk menjadi anggota, dikenakan iuran tahunan sebesar Rp 50.000. Sementara untuk biaya sewa satu buku yang dipinjam dikenakan tarif Rp 3.000 hingga maksimal Rp 20.000.

Satu buku diberikan waktu selama dua minggu, sebelum dikembalikan. Namun untuk buku-buku yang langka, C2O membatasi hanya untuk dibaca di lokasi.

"Paling kami bisa fasilitasi untuk foto kopi. Di negara kita foto kopi kan masih legal, beda dengan di barat yang ilegal," ucap Anitha.

Lebih jauh Anitha menyatakan, literatur Indonesia pernah mengalami pembatasan.

Terutama di masa Orde Baru, banyak buku yang dilarang beredar di tengah masyarakat.

Karena itu C2O bertekad memberikan pilihan lain, di antara literatur yang ada saat ini.

Cara ini untuk membebaskan masyarakat mendapatkan pengetahuan yang diinginkannya.

Meluaskan pilihan pembaca, atas buku-buku berkualitas di luar literatur yang mainstream.

"Bagi sebagian orang, membaca buku sudah menjadi kebutuhan yang harus dipenuhi. Mereka selalu haus pada buku, dan kami coba menawarkan sesuatu yang lain," katanya.

Meski perkembangan internet memudahkan penyebaran buku gigital (e-book), namun buku konvensional tidak akan tergusur.

Sebab memegang buku secara fisik mempunyai sensasi yang tidak diperoleh dari e-book.

Termasuk mencium aromanya yang khas, yang tidak mungkin ditemukan pada e-book.

Anitha menggambarkan, membaca dengan buku konvensional layaknya melihat pertunjukan musik secara langsung. Sementara e-book lebih mirip sebuah rekaman konser musik.

"Kami juga membaca e-book sebagai salah satu penyebaran pengetahuan di era internet. Tapi sensasi mencium aroma buku dan memegang bentuk fisik buku tidak tergantikan," ujar Anitha menggambarkan.

C2O juga memberikan ruang kepada para pecinta buku untuk berekspresi. Mereka bisa saling berdiskusi, riset maupun bedah buku di tempat ini.

Lewat ayorek.org, C2O juga menjadi wadah berbagai minat mereka. Ayorek.org telah menghasilkan buku dan jurnal tentang Surabaya.

Segala pernak-pernik Surabaya diungkap lewat tulisan. Di luar dugaan, buku dan jurnal Ayorek sangat diminati.

Saat ini edisi ke-2 Ayorek tengah dikerjakan dengan tema sustainable city (kota berkelanjutan). Mulai dari transportasi, traveling hingga situs-situs yang ada di Surabaya.

"Minat pada terbitan pertama sangat bagus. Kami berharap ini bisa menjadi panduan lengkap tentang Surabaya," pungkas Anitha.

Perpustakaan semakin hidup dengan berbagai program kegiatan dan event. Untuk anak-anak muda misalnya, ada program

NGASO (Ngobrol Asik Surabaya Youth), satu program gathering sekaligus diskusi publik yang akan mengangkat topik-topik hangat di kalangan anak muda dan diadakan secara eventual.

Di bulan Oktiber ini misalnya, NGASO akan mengundang seluruh komunitas yang bergerak dalam industri kreatif Surabaya mengikuti Design It Yourself 2014 yang berlangsung 10-26 Oktober. (day)


Anda sedang membaca artikel tentang

Sensasi Saat Memegang Buku Tak Diperoleh Dari e-Book

Dengan url

http://cahayapost.blogspot.com/2014/10/sensasi-saat-memegang-buku-tak.html

Anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya

Sensasi Saat Memegang Buku Tak Diperoleh Dari e-Book

namun jangan lupa untuk meletakkan link

Sensasi Saat Memegang Buku Tak Diperoleh Dari e-Book

sebagai sumbernya

0 komentar:

Posting Komentar

techieblogger.com Techie Blogger Techie Blogger