SURYA Online, SURABAYA - Botol plastik minuman kemasan akan sulit ditemukan di kampus Institut Teknologi 10 November (ITS) Surabaya. Kampus ini melakukan gerakan pemakaian 10.000 tumbler saat kegiatan tahunan Gugur Gunung yang digelar, Sabtu (06/12/2013).
Tumbler atau wadah minuman pengganti plastik ini dibagi-bagikan kepada 10.000 mahasiswa yang memiliki kepedulian terhadap lingkungan.
Kepala Badan Koordinasi Pengendalian dan Komunikasi Program ITS Ahmad Rusdiansyah mengungkapkan, pengadaan tumbler ini berkat kerjasama himpunan mahasiswa se ITS dengan industri.
Dalam pemakaiannya nanti, masing-masing himpunan menyediakan dispenser yang berisi air isi ulang untuk mahasiswa.
Jika mahasiswa membutuhkan air, maka tinggal mengisi tumblernya di dispenser tersebut.
"Tetapi harus membayar dengan harga yang lebih murah,"kata Doddy, panggilan Ahmad Rusdiansyah.
Selain mengurangi penggunaan botol plastik, pengadaan tumbler ini juga bisa dimanfaatkan himpunan untuk membiayai aktivitasnya sehingga lebih produktif.
"Kami berharap kegiatan ini meluas sehingga pada akhirnya tidak ditemukan lagi sampah botol plastik di ITS,"katanya.
Selain pembagian tumbler, kegiatan gugur gunung ke enam juga dilakukan penanaman bibit pohon untuk penghijauan kampus.
Kegiatan ini menggerakkan seluruh maba angkatan 2013. Ketua Pelaksana Gugur Gunung Detak Yan Pratama mengatakan penanaman pohon akan dikonsentrasikan di jalur tengah dan pintu keluar ITS.
Kegiatan ini diikuti 5.500 mahasiswa, dosen serta pihak-pihak terkait. Ada 1.100 bibit pohon setinggi dua meter yang ditanam ramai-ramai seperti pule, mahoni, sukun, jambu air dan matoa.
"Ada 100 bibit matoa akan kami tanam di sekitar Graha ITS sehingga beberapa tahun kemudian di sana akan menjadi hutan matoa,"kata Detak.
Penanaman ribuan pohon ini merupakan realisasi program Eco Campus yang telah dicanangkan sejak beberapa tahun lalu.
Selain itu, ITS di bawah koordinasi BKPKP juga berhasil melaksanakan program Urban Farming sejak tiga tahun lalu.
Berbagai sayuran organik seperti bayam merah, kangkung, pare dan terong dihasilkan dari kegiatan ini.
Proyek yang disuport pemerintah New Zealand ini memakai lahan kosong yang dibelum dibangun. Di sana di buat lima green house dengan ukuran sekitar 300 meter persegi.
"Awalnya program ini ditertawakan karena ITS kok bertani. Tetapi lama kelamaan ternyata menghasilkan. Bahkan di sini menjadi riset yang bagus jurusan biologi dan teknik lingkungan,"katanya.
Kini, setiap minggu green house itu sudah mampu memproduksi sayuran organik.
Produksi ini lalu dikemas dengan lebel Sayor (sayuran organik) ITS. Harga per kemasan Rp 6.000.
"Sayor ini kerap menjadi buah tangan setiap tamu yang datang ke kampus,"kata Doddy.
Munief, tenaga ahli urban farming ITS mengatakan, untuk bisa berhasil dibutuhkan perencanaan matang mengingat lahan ITS yang berdekatan dengan laut.
"Kami harus mengganti tanahnya untuk mendapat tanah yang baik. Sementara untuk pupuk kami pakai kompos yang tidak ada bahan kimianya,"katanya.
Sejauh ini green house ini belum mendapat ancaman dari hama maupun penyakit. Karena itu pihaknya menghindari pemakaian pestisida baik alami maupun kimia.
"Pestisida alami baru kami berikan ketika ada serangan. Selagi tidak ada serangan tidak perlu diberi,"katanya.
Proyek urban farming ini tidak berhenti di sini, ITS berencana menjadi center of community dari urban farming di Surabaya.
Karena itu, pihaknya siap bekerjasama terutama dengan masyarakat sekitar ITS untuk merealisasikan urban farming.
"Kami siap melakukan program kemitraan,"tegas Doddy.
Anda sedang membaca artikel tentang
ITS Bagi-Bagi 10.000 Tumbler pada Mahasiswa
Dengan url
http://cahayapost.blogspot.com/2013/12/its-bagi-bagi-10000-tumbler-pada.html
Anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya
ITS Bagi-Bagi 10.000 Tumbler pada Mahasiswa
namun jangan lupa untuk meletakkan link
ITS Bagi-Bagi 10.000 Tumbler pada Mahasiswa
sebagai sumbernya
0 komentar:
Posting Komentar