Pemahat Dewa di Kampung Patung Trowulan

Written By Unknown on Selasa, 26 Maret 2013 | 12.43

surya/nuraini faiq

Salah seorang pemahat patung yang tekun menatah batu andesit menjadi karya seni patung, di Dusun Jati Sumber, Desa Wates Umpak, Kec Trowulan, Mojokerto

SURYA Online, MOJOKERTO - Indonesia dalam perjalanan sejarahnya memiliki banyak kerajaan. Di Pulau Jawa hanya ada dua daerah sebagai sentra pematung sebagai penanda bahwa dengan bekas daerah kerajaan, yakni Kabupaten Magelang dan Kabupaten Mojokerto.

Suara batu dipahat terus bersahutan sepanjang hari di Dusun Jati Sumber, Desa Wates Umpak, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto.Di kampung pematung tersebut terdapat puluhan pematung atau perajin patung.

Memang, tak semua warga di kampung ini menggantungkan hidup dari mengolah batu Andesit menjadi bentuk dewa. Namun satu diantaranya bernama Ribut Sumiyono, menjadikan patung dewa sebagai profesi hingga kini.

"Masyarakat Jati Sumber memiliki sejarah kuat sebagai pematung yang diwariskan secara turun temurun. Ada Mbah Wagiran dan Mbah Harun yang dikenal Bapak Pematung di kampung kami," kata Ribut saat ditemui Surya di padepokan Selo Adji, Dusun Jati Sumber, yang merupakan rumahnya, Jumat (22/3/2013).

Masa kejayaan perajin patung di Trowulan mulai terlihat pada era 1990-an. Stok patung produksi kampung ini selalu habis. Karya yang banyak diminati patung Budha. Ada juga patung Dewi Sri, Dewi Shinta atau Ganesha. Pasarnya tidak hanya memenuhi permintaan lokal, tapi internasional. "Setiap hari waktu itu hampir selalu ada kontainer membawa patung dari Trowulan. Tapi begitu bom Bali dan krisis di Eropa sekarang, pasar makin lesu," kata pria lahir pada 1963.

Karena lesunya permintaan patung, terpaksa Ribut harus merumahkan sebagian besarnya pekerjanya. Kalau dulu, Ribut mempekerjakan 35 pematung reguler kini hanya tinggal 7 pekerja saja. "Kondisi sekarang ini membuat pematung dituntut kreatif mencari peluang pasar yang baru," kata pematung yang aktif di Dewan Kesenian Mojokerto ini.

Tuntutan Era
Parapematung Jati Sumber kini mulai terbuka dengan garapan patung yang tak disakralkan. Kalau dulu memahat patung untuk sesembahan dan pembeli internasional, sekarang pematung mulai membidik pembeli lokal di tingkat Jatim. Mereka bekerjasama dengan desainer interior atau taman. Perajin patung pun kini sudah sibuk menggarap relief taman atau interior rumah. "Ini tuntutan era. Jadi tidak ada salahnya semua kita ambil peluang yang ada," kata Ribut.

Perumahan dan pengembang besar di Surabaya dan Malang mulai merangkul pematung Trowulan. "Kami memang kini harus lebih terbuka dan fleksibel. Melayani pemilik rumah, hotel, dan tempat rekreasi. Tentu harus kerja sama dengan desainer," aku Santoso yang sibuk menggarap pesanan relief taman.

Akses Surabaya.Tribunnews.com lewat perangkat mobile anda melalui alamat surabaya.tribunnews.com/m/


Anda sedang membaca artikel tentang

Pemahat Dewa di Kampung Patung Trowulan

Dengan url

http://cahayapost.blogspot.com/2013/03/pemahat-dewa-di-kampung-patung-trowulan.html

Anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya

Pemahat Dewa di Kampung Patung Trowulan

namun jangan lupa untuk meletakkan link

Pemahat Dewa di Kampung Patung Trowulan

sebagai sumbernya

0 komentar:

Posting Komentar

techieblogger.com Techie Blogger Techie Blogger